Dan aku hanya diam dan memalingkan wajahku. Aku yakin kau bisa melihat tetesan air mata yang mengalir di pipiku saat itu. Taukah kamu apa yang kupikirkan? Mungkin pikiranku ini tidak akan pernah sampai ke telingamu karna aku tak punya keberanian untuk mengucapkannya. Ya, aku memang pengecut.
"Aku malu. Aku malu karna aku tak bisa membalas jasa-jasamu. Aku malu karna hanya kamu yang bisa menunjukkan rasa sayang. Aku malu karna aku tak punya keberanian untuk mengungkapkan rasa sayangku. Aku malu, sungguh amat malu. Kamu terlalu baik untukku. Mungkin terdengar klise, tapi benar. Aku risih atas perlakuanmu karna semakin kamu menunjukkan rasa sayangmu, aku semakin sedih, semakin sakit hati karna lagi dan lagi, aku tak dapat membalasmu. Seberapapun aku mencoba untuk menjelaskannya, kamu tak akan mengerti. Karna hanya aku yang mengerti jalan pikiranku sendiri. Aku takut kalau aku mengatakannya, kamu akan berhenti menunjukkan rasa sayangmu padaku. Aku takut kamu berhenti. Karna aku yakin, aku akan hancur menjadi berkeping-keping. Tapi yakinlah padaku, aku akan berusaha untuk membalas jasamu suatu saat nanti. Aku akan membuatmu bangga karna telah menyayangi aku sedemikian rupa. Aku akan membuat kamu dan kamu tersenyum suatu saat nanti dan berkata pada orang lain, “Lihat! Itu anak kami! Anak itu telah menjalani hari-hari yang cukup melelahkan untuknya. Tapi ia bisa melaluinya! Ia anak yang tangguh! Dulu aku tak pernah menyangkanya akan menjadi seperti itu!” Dan saat itu, aku akan tersenyum sambil menghadap kamu dan kamu."
Untuk Ayah (Wilson S. L. Tobing S.E) dan Ibuku (Dra. Kesdelina E. V. A. Tambunan), aku menyayangi kalian sampai akhir hayatku. Maaf karna aku belum cukup berani untuk menunjukkannya. Maaf kalau aku hanya bisa membuat kalian kecewa untuk saat ini. Semuanya akan indah pada waktunya, bukan?
Salam sayang,
Anak Sulung Kalian,
Sere E. K. Tobing
